TAFSIR SURAT IBRAHIM AYAT 23-34

By | 06/12/2016

Tafsir Al Qur’an Surat Ibrahim Ayat yang ke: 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34.
Berikut ini menjelaskan tentang balasan bagi orang yang beriman dan gambaran surga. Perumpamaan yang menandung nasihat, binasanya pemimpin kafir yang menyesatkan kaumnya, tempat akhirnya; neraka jahannam yang panasnya mengelilingi dari segenap penjuru. Lalu terdapat dalil tentang perintah mendirikan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki. Menerangkan bukti-bukti kekuasaan Allah dan nikmat yang dilimpahkan kepada kita.

Baca juga: Tafsir Surat Ibrahim Ayat 13-22

Ayat 23-27: Perumpamaan dalam Al Qur’an merupakan pelajaran dan nasihat, dan penjelasan teguhnya kalimat yang haq dan batilnya kalimat yang batil

وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ (٢٣) أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (٢٤) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (٢٥) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (٢٦) يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ (٢٧)

Terjemah Surat Ibrahim Ayat 23-27

23. [1]Dan orang yang beriman dan beramal saleh[2] dimasukkan ke dalam surga-surga[3] yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka[4] dalam (surga) itu adalah salam[5].

24. Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[6] seperti pohon yang baik[7], akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,

25. Pohon itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya[8]. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat[9].

26. Dan perumpamaan kalimat yang buruk[10] seperti pohon yang buruk[11], yang telah dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun[12].

27.[13] Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh[14] dalam kehidupan di dunia[15] dan di akhirat[16]; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim[17] dan berberbuat apa yang Dia kehendaki.

Ayat 28-30: Tindakan pemimpin-pemimpin sesat yang menyebabkan pengikutnya binasa dan hukuman untuk mereka

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (٢٨) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (٢٩) وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى النَّارِ (٣٠)

Terjemah Surat Ibrahim Ayat 28-30

28.[18] Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah[19] dengan ingkar kepada Allah dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan[20]?,

29. Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya[21]; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.

30. Mereka (orang-orang kafir itu) telah menjadikan tandingan bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya[22]. Katakanlah (Muhammad), “Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ke neraka.”

Ayat 31-34: Perintah Allah untuk mendirikan shalat dan menginfakkan harta, bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan beberapa nikmat Allah yang dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya

قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خِلالٌ (٣١) اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأنْهَارَ (٣٢) وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (٣٣) وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (٣٤)

Terjemah Surat Ibrahim Ayat 31-34

31. Katakanlah (Muhammad) kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman[23], “Hendaklah mereka mendirikan shalat, menginfakkan[24] sebagian rezeki yang Kami berikan secara sembunyi atau terang-terangan sebelum datang hari, ketika tidak ada lagi jual beli dan persahabatan[25].

32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi[26] dan menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan[27] dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu[28].

33. Dan Dia telah menundukkan (pula) matahari dan bulan bagimu yang terus menerus beredar (dalam orbitnya)[29]; dan telah menundukkan malam[30] dan siang[31] bagimu.

34. Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya[32]. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu[33] sangat zalim[34] dan sangat mengingkari (nikmat Allah)[35].


[1] Setelah disebutkan balasan terhadap orang-orang zalim, maka disebutkan balasan orang-orang yang taat.

[2] Yakni menegakkan agamanya dengan mengamalkannya, baik yang terkait dengan perkataan, perbuatan maupun keyakinan.

[3] Di dalamnya terdapat kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terlintas di hati manusia.

[4] Baik dari Allah maupun dari para malaikat dan antara sesama mereka.

[5] Artinya: selamat dari segala bencana.

[6] Termasuk dalam kalimat yang baik adalah kalimat tauhid, semua ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid adalah kalimat laa ilaa ha illallaah.

[7] Misalnya pohon kurma.

[8] Demikian pula kalimat tauhid atau keimanan yang menancap di hati seorang mukmin, sedangkan cabangnya yang berupa ucapan yang baik, amal yang saleh, akhlak yang terpuji dan adab yang baik akan naik ke langit dan memperoleh keberkahan serta pahala di setiap waktu, bermanfaat bagi pelakunya maupun orang lain.

[9] Sehingga mereka pun beriman. Allah Subhaanahu wa Ta’aala sering membuat perumpamaan, karena perumpamaan dapat memahamkan maksud lagi dapat meresap di hati pendengarnya daripada contoh yang nyata. Hal ini termasuk rahmat-Nya dan bagusnya pengajaran-Nya.

[10] Yaitu kalimat kalimat kufur dan cabang-cabangnya.

[11] Misalnya pohon hanzhalah (sejenis labu) yang pahit rasanya.

[12] Demikian pula kalimat kufur dan maksiat itu, tidak kokoh, tidak bercabang ke atas dan tidak berkah. Pelakunya tidak mendapatkan manfaat darinya, bahkan mendapatkan bahaya, amalnya tidak naik kepada Allah, tidak memberi manfaat bagi pelakunya apalagi orang lain.

[13] Nasa’i meriwayatkan dengan sanadnya dari Khaitsamah dari Al Barra’ tentang ayat, “Yutsabbitullahulladziina aamanuu…dst.” Ia berkata, “Turun tentang azab kubur.” Ia juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’ad bin ‘Ubaid dari Al Barra’ dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ayat, “Yutsabbitullahulladziina aamanuu…dst.” Beliau bersabda, “Turun tentang azab kubur. Dikatakan kepada (penghuni) kubur, “Siapa Tuhanmu?” Ia menjawab, “Allah Tuhanku dan agamaku adalah agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Itulah maksud firman Allah Ta’ala, “Yutsabbitullahulladziina aamanuu…dst.” (Diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah dengan sanad yang kedua, dan diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Muslim).

[14] Yang dimaksud ucapan yang teguh di sini ialah kalimat yang baik yang disebutkan dalam ayat 24 di atas, yakni kalimat tauhid.

[15] Yaitu ketika datang fitnah syubhat dengan ditunjukkan kepada keyakinan, ketika datang fitnah syahwat dengan ditunjukkan kepada tekad yang kuat; mendahulukan apa yang dicintai Allah daripada menuruti hawa nafsunya.

[16] Yaitu ketika maut menjemput dengan istiqamah di atas Islam, diberi husnul khatimah, dan mampu menjawab dengan benar pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhannya, agamanya dan nabinya.

[17] Sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan itu, bahkan berkata, “Ee..,ee..,ee…, saya tidak tahu.” Sebagaimana disebutkan dalam hadits. Dalam ayat di atas terdapat dalil adanya fitnah kubur, nikmat kubur dan azab kubur.

[18] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan keadaan orang-orang yang mendustakan Rasul-Nya, seperti halnya orang-orang kafir Quraisy, demikian pula menerangkan akhir yang akan mereka peroleh.

[19] Yang dimaksud dengan nikmat Allah di sini adalah diutus-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada mereka yang mengajak kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat, namun mereka malah membalas nikmat itu dengan sikap kufur dan mendustakan. Tidak hanya itu, mereka juga menghalangi orang lain dari jalan Allah dan mengarahkan orang lain masuk ke lembah kebinasaan.

[20] Dengan menyesatkan mereka. Termasuk dalam hal ini adalah ketika mereka membujuk kaumnya untuk berangkat ke Badar melakukan peperangan dengan kaum mukmin, akhirnya mereka dan kaumnya tewas dan jatuh ke dalam lembah kebinasaan. Di dunia mereka dikalahkan, dan di akhirat dimasukkan ke dalam Jahannam. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang terjatuh dari tangga lalu tertiban olehnya.

[21] Panasnya mengelilingi mereka dari segenap penjuru.

[22] Dikarenakan mereka mengadakan tandingan bagi Allah dan mengajak manusia untuk menyembah selain-Nya.

[23] Memerintahkan sesuatu yang di sana terdapat hal yang dapat memperbaiki keadaan mereka.

[24] Infak di sini mencakup infak yang wajib, seperti zakat, infak kepada orang yang ditanggungnya, dsb. Demikian pula mencakup infak yang sunat, seperti sedekah, dsb.

[25] Maksudnya, pada hari kiamat itu tidak ada penebusan dosa dan pertolongan sahabat, Lihat juga ayat 254 surat (2) Al Baqarah. Pada hari itu, bukan lagi waktunya mengejar yang telah luput, tidak berlaku jual beli, pemberian dari kawan dan sebagainya. Masing-masing sibuk dengan urusannya. Oleh karena itu, hendaknya seorang hamba memperhatikan apa yang telah disiapkan untuk hari esok (kiamat), hendaknya ia hisab dirinya sebelum menghadapi hisab yang besar.

[26] Dengan keadaannya yang luas dan besar.

[27] Dia yang memudahkan kamu membuatnya, membuat kamu menguasainya, menjaga kapal itu di hadapan gelombang air laut yang besar agar dapat membawamu dan membawa barang-barang kamu ke tempat yang kamu tuju.

[28] Untuk menyirami tanaman dan pepohonanmu, dan agar kamu dapat meminum airnya.

[29] Unuk memberi maslahat bagimu, bagi hewan ternakmu, dan bagi tanamanmu.

[30] Untuk kamu beristirahat.

[31] Untuk kamu mencari karunia-Nya.

[32] Baik dengan lisanulmaqaal (ucapan) maupun lisaanul haal (keadaan yang menunjukkan butuh).

[33] Yakni orang kafir.

[34] Terhadap dirinya dengan bermaksiat.

[35] Inilah tabi’at manusia, zalim, berani berbuat maksiat, meremehkan hak-hak Tuhannya, mengingkari nikmat Allah, tidak mensyukurinya dan tidak mengakuinya, selain orang yang diberi petunjuk oleh Allah untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, mengenal hak Tuhannya dan menunaikannya. Dari ayat 32-34 disebutkan nikmat-nikmat Allah secara garis besar dan secara rinci; dengan ayat itu Allah mengajak hamba-hamba-Nya mensyukuri-Nya dan mengingat-Nya, mendorong mereka untuk meminta dan berdoa kepada-Nya di malam dan siang hari, sebagaimana nikmat-nikmat-Nya datang kepada mereka di setiap waktu.

Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Ibrahim, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.