TAFSIR SURAT AS SAFFAT AYAT 62-82

By | 03/01/2018

Tafsir Al Qur’an Surat As Saffat Ayat yang ke: 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, dan 82.
Dibawah ini menerangkan tentang pohon zaqqum yang tumbuh di neraka. Peringatan dan balasan bagi kaum musyrik ataupun umat terdahulu yang membangkang. Lalu mengisahkan tentang Nabi Nuh beserta dengan pengikutnya yang diselamatkan dari banjir dahsyat, dll.

Ayat 62-74: Pohon zaqqum makanan penghuni neraka dan akibat yang diderita umat terdahulu yang tetap membangkang terhadap kebenaran agar menjadi pelajaran bagi kaum musyrik.

أَذَلِكَ خَيْرٌ نُزُلا أَمْ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ (٦٢) إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ (٦٣) إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ (٦٤)طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ (٦٥) فَإِنَّهُمْ لآكِلُونَ مِنْهَا فَمَالِئُونَ مِنْهَا الْبُطُونَ (٦٦) ثُمَّ إِنَّ لَهُمْ عَلَيْهَا لَشَوْبًا مِنْ حَمِيمٍ (٦٧) ثُمَّ إِنَّ مَرْجِعَهُمْ لإلَى الْجَحِيمِ (٦٨) إِنَّهُمْ أَلْفَوْا آبَاءَهُمْ ضَالِّينَ (٦٩) فَهُمْ عَلَى آثَارِهِمْ يُهْرَعُونَ (٧٠) وَلَقَدْ ضَلَّ قَبْلَهُمْ أَكْثَرُ الأوَّلِينَ (٧١) وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا فِيهِمْ مُنْذِرِينَ (٧٢) فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُنْذَرِينَ (٧٣)إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ (٧٤)

Terjemah Surat As Saffat Ayat 62-74

62. Apakah (makanan surga) itu hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum[1].

63. Sungguh, Kami menjadikannya (pohon zaqqum) sebagai azab[2] bagi orang-orang zalim[3].

64. Sungguh, itu adalah pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim.

65. Mayangnya seperti kepala-kepala setan[4].

66. Maka sungguh, mereka benar-benar memakan sebagian darinya (buah pohon itu)[5], dan mereka memenuhi perutnya dengan buahnya (zaqqum)[6].

67. Kemudian sungguh, setelah makan (buah zaqqum) mereka mendapat minuman yang dicampur dengan air yang sangat panas[7].

68. Kemudian pasti tempat kembali mereka[8] ke neraka Jahim[9].

69. [10]Sesungguhnya mereka mendapati nenek moyang mereka dalam keadaaan sesat,

70. lalu mereka tergesa-gesa mengikuti jejak (nenek moyang) mereka[11].

71. Dan sungguh, sebelum mereka (suku Quraisy), telah sesat sebagian besar dari orang-orang yang dahulu[12],

72. dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul) pemberi peringatan di kalangan mereka[13].

73. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu[14],

74. [15]kecuali hamba-hamba Allah yang disucikan (dari dosa)[16].

Ayat 75-82: Kisah Nabi Nuh ‘alaihis salam dan permohonannya, serta selamatnya Beliau dan para pengikutnya dari banjir besar.

وَلَقَدْ نَادَانَا نُوحٌ فَلَنِعْمَ الْمُجِيبُونَ (٧٥) وَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ (٧٦) وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ (٧٧) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ (٧٨) سَلامٌ عَلَى نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ (٧٩) إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (٨٠) إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (٨١) ثُمَّ أَغْرَقْنَا الآخَرِينَ (٨٢)

Terjemah Surat As Saffat Ayat 75-82

75. [17]Dan sungguh, Nuh telah berdoa kepada Kami[18], maka sungguh, Kamilah sebaik-baik yang memperkenankan doa[19].

76. Kami telah menyelamatkan dia dan pengikutnya dari bencana yang besar[20].

77. Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan[21].

78. Dan Kami abadikan untuk Nuh (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian[22].

79. “Kesejahteraan Kami limpahkan atas Nuh di seluruh alam.”

80. [23]Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

81. Sungguh, dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman[24].

82. Kemudian Kami tenggelamkan yang lain[25].
______________
[1] Zaqqum adalah jenis pohon yang pahit dan tidak enak rasa buahnya yang tumbuh di neraka.

[2] Ada yang menafsirkan fitnah di ayat tersebut dengan cobaan. Qatadah berkata, “Disebutkan pohon Zaqqum, lalu orang-orang yang sesat diuji dengannya, sehingga mereka berkata, “(Apakah) kawanmu (Yakni Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) memberitakan kepadamu bahwa di neraka ada pohon, padahal api memakan (membakar habis) pohon.

[3] Yakni yang menzalimi diri mereka dengan kufur dan kemaksiatan.

[4] Jika demikian, maka tentang rasanya tidak perlu ditanyakan lagi, demikian juga akibat yang menimpa perut mereka setelah memakannya, di mana tidak ada lagi pilihan lain selain memakannya.

[5] Padahal sangat tidak enak, akan tetapi karena rasa lapar yang dahsyat membuat mereka memakannya.

[6] Inilah makanan penghuni neraka, makanan yang paling buruk, kemudian Allah menyebutkan tentang minuman mereka.

[7] Hal seperti firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala di ayat yang lain, “Dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (Terj. Muhammad: 15), dan firman Allah Ta’ala, “Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.” (Terj. Al Kahfi: 29)

[8] Yakni tempat istirahat mereka setelah meminum air mendidih itu.

[9] Agar mereka merasakan azabnya yang pedih dan panas yang dahsyat, di mana tidak ada kesengsaraan yang melebihinya.

[10] Saakan-akan ada pertanyaan, “Apa yang membuat mereka sampai ke tempat itu?

[11] Yakni tergesa-gesa dalam kesesatan, tidak menengok ajakan para rasul dan peringatan kitab-kitab, serta tidak memperhatikan ucapan para penasehat, bahkan mereka bantah dengan kata-kata mereka, “Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka” (lihat Az Zukhruf: 23).

[12] Sedikit sekali di antara mereka yang beriman dan mendapat petunjuk.

[13] Mengingatkan sesatnya jalan mereka dan akan menjerumuskan mereka ke neraka.

[14] Kesudahan mereka adalah kebinasaan, kehinaan, dan terbukanya aib. Oleh karena itu, hendaknya mereka (kaum musyrik Mekah) berhati-hati jika tetap terus di atas kesesatannya akan tertimpa seperti yang menimpa generasi sebelum mereka.

[15] Oleh karena semua yang diberi peringatan itu tidak seluruhnya sesat, bahkan di antara mereka ada yang beriman dan berbuat ikhlas, maka Allah kecualikan mereka dari azab.

[16] Mereka ini adalah orang-orang mukmin, Allah bersihkan mereka dan mengistimewakan dengan rahmat-Nya karena keikhlasan mereka sehingga akhir kesudahan mereka adalah kebahagiaan.

[17] Selanjutnya Allah menyebutkan beberapa contoh kesudahan yang menimpa orang-orang yang mendustakan.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang hamba dan Rasul-Nya Nuh ‘alaihis salam seorang rasul pertama, yaitu ketika ia telah berdakwah kepada kaumnya dalam waktu yang cukup lama (950 tahun), namun seruan Beliau hanya menambah mereka jauh dari kebenaran, sehingga ia berdoa kepada Tuhannya.

[18] Yaitu dengan doanya, “Ya Rabbi, sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah aku.” (lihat Al Qamar: 10).

[19] Yakni ia berdoa kepada Kami untuk kebinasaan kaumnya, maka Kami binasakan mereka dengan ditenggelamkan. Lalu Allah memuji Diri-Nya dengan firman-Nya di atas, “Maka sungguh, Kamilah sebaik-baik yang memperkenankan doa.

[20] Yaitu banjir besar.

[21] Oleh karena itu, selanjutnya manusia berasal dari keturunannya, dan Beliau mempunyai tiga anak; Saam yang menjadi bapak bangsa Arab, Persia dan Romawi, Haam sebagai bapak orang-orang Sudan (hitam), dan Yafits sebagai bapak bangsa Turki, Khazar (bangsa yang bermata sipit), dan Ya’juj-Ma’juj.

[22] Sampai hari Kiamat.

[23] Balasan Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada Nuh ‘alaihis salam di atas, seperti diselamatkan dari bencana yang besar dan mengabadikan pujian yang baik untuknya di kalangan orang-orang yang datang kemudian serta balasan yang akan ia peroleh di akhirat adalah karena ia termasuk orang-orang yang berbuat ihsan, dia berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah dan berbuat ihsan kepada manusia, dan inilah sunnatullah kepada orang-orang yang berbuat ihsan.

[24] Ayat ini menunjukkan bahwa mukmin merupakan posisi tertinggi seorang hamba, dan bahwa iman mencakup semua syariat agama, baik ushul maupun furu’ (cabang), karena Allah memuji dengannya makhluk pilihan-Nya.

[25] Yakni kaumnya yang kafir.

Baca juga:
Tafsir As Saffat Ayat 1-21
Tafsir As Saffat Ayat 22-39
Tafsir As Saffat Ayat 40-61

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.